Fahamiperanan kreativiti untuk melayari manfaat Revolusi Industri Keempat
INIPASTICOM, Saat ini sedang berlangsung Revolusi Industri 4.0, revolusi industri 4.0 dicetuskan pertama kali pada 2011 oleh pemerintah Jerman yang lebih menekankan pada komputerisasi pabrik, yang kemudian menjadi tema utama pada pertemuan World Economic Forum (WEF) 2016 di Davos, Swiss. Menurut Ekonom asal Jerman sebagai ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), Prof. Klaus Schwab (2017)
MenyikapiMunculnya Revolusi 4.0 Dalam era revolusi 4.0 yang penuh dengan dunia digital, komputerisasi, serta teknologi artificial intelligence (AL) memang memiliki banyak dampak positif. Namun kita juga harus menyikapinya dengan penuh kehati-hatian dan bijak. Mengapa harus berhati-hati?
Penelitianyang dilakukan McKinsey pada 2016 silam menyatakan, Indonesia siap untuk mendapatkan banyak manfaat dari revolusi digital. Penelitian yang dilakukan McKinsey pada 2016 silam menyatakan, Indonesia siap untuk mendapatkan banyak manfaat dari revolusi digital. Rabu, 9 Maret 2022; Cari. Network. Tribunnews.com;
GenerasiMilenial dan Era Industri 4.0. Jakarta - Making Indonesia 4.0 mencerminkan kesungguhan negara sedang beradaptasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri keempat (Industri
Peluangbisnis di era revolusi industri 4.0 yang pertama adalah Fintech. Saat ini, istilah fintech pasti sudah sering terdengar di telinga masyarakat dunia, termasuk Indonesia. - Software As a Service (SaaS) Pada era industri 4.0 nanti, peluang bisnis yang akan banyak digunakan digunakan adalah bisnis pengembangan software as a service.
RevolusiIndustri 4.0 adalah adalah revousi industri generasi keempat yang merupakan titik puncak dari perubahan besar yang sebanding besarnya dengan revolusi industri generasi 1 sampai dengan 3. Revolusi industri generasi ke-4 ini ditandai dengan komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi
u4cz. BANDUNG, Telkom University – Saat ini masyarakat hidup di era revolusi industri hal tersebut menimbulkan disrupsi secara menyeluruh di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Masalah dalam revolusi Industri tidak hanya dapat dijawab dengan menciptakan teknologi baru atau mengadaptasi yang sudah ada, tetapi yang lebih penting pengembangan kreativitas yang dapat mengarah pada inovasi yang berkelanjutan. Menyikapi hal tersebut Fakultas Industri Kreatif Telkom University FIK Tel-U kembali menggelar International Conference bertajuk The 6th Bandung Creative Movement BCM 2019, yang berlangsung digedung Auditorium Damar Telkom University, Kamis 17/10. Dengan tema Digital Society Ecosystem, chairman BCM 2019 Dr. Fajar Ciptadi menjelaskan bahwa melalui acara ini bagaimana mempertimbangkan kembali hubungan antara seni, budaya, masyarakat dan kreativitas dalam Era Revolusi Industri yang dapat diungkapkan secara reflektif dan secara filosofis untuk membuka kemungkinan baru dengan kreativitas dan inovasi. “Melalui acara ini kita harus menjadikan kreativitas dan teknologi menjadi sesuatu yang terintegrasi dan bertemu. Ini dapat diimplementasikan dengan mengintegrasikan estetika dan aspek emosional sebagai manusia dengan aspek teknologi terkini.” Ucapnya. Fajar menambahkan dalam conference ini juga menjawab tantangan dan peluang yang muncul dalam revolusi era Industri dimana mengajak akademisi dan pelaku kreatif untuk memikirkan kembali peran apa yang dapat dilakukan oleh seni, budaya, dan kreativitas “Di satu sisi, dalam revolusi Era Industri ini, kita dihadapkan pada berbagai hal, dimana peran penting “Big Data” yang menjadi sentral di era digital society, serta integrasi kreativitas dengan peran data tidak dapat disangkal yang memungkinkan berbagai peluang terjadi sebagai inovasi yang dibutuhkan di masa depan.” Jelasnya. Turut hadir sebagai pembicara dalam acara ini diantaranya adalah Dale Konstanz Assistant Dean of Research at Mahidol University, Hafeezur Rahman Lecturer, and Researcher of Product Design Dept. at University Sains Malaysia dan Andry Alamsyah Director of Digital Business Ecosystem Rearh Center, Telkom University. NAI
jelaskan pentingnya keberadaan produk kreatif pada era revolusi industri 4.0