Sambalroa ini berasal dari ikan roa atau ikan julung yang diracik bersama bumbu-bumbu lainnya, seperti bawang putih, bawang merah, cabai, dan bahan-bahan lainnya. Bubur Manado Bubur Manado tidak kalah terkenalnya dengan makanan yang sudah disebutkan di atas dan biasanya menjadi hidangan untuk sarapan pagi.
1½ ons gula merah, sisir halus. 5 cm kayu manis. 5 cm jahe, bakar dan memarkan. 2 buah cabai Jawa. 2 buah kapulaga. Sepucuk sendok teh merica bubuk. Sepucuk sendok teh garam. Cara Membuat: Pertama, persiapkanlah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengolah wedang serbat khas Solo.
BonCabe Rasa Ikan Roa 40 Gram. Mau tanya mengenai pengiriman, promo, atau lainnya? Chat Customer Care atau hubungi 0804 1 871 871 . Belum ada pertanyaan untuk produk ini.
IkanRoa Murah Harga Grosir/Eceran. Ikan roa murah. Ikan roa harga grosir. Ikan roa harga eceran. Ikan roa untuk sambal roa dan abon roa. Ikan roa asli Ternate Maluku Utara mutu terbaik. Kami siap menerima pembelian ikan roa dalam jumlah banyak untuk bahan baku sambal ikan roa dan a detail >> Kategori: Makanan
Ikanroa merupakan kuliner khas dari Kota Manado, karena ikan roa tidak banyak ditemukan di daerah lain, kecuali di perairan Manado, Sulawesi Utara. Dalam pembuatannya, ikan roa diasapkan terlebih dahulu, kemudian dihaluskan bersama dengan bahan-bahan umum untuk membuat sambal, seperti cabai dan tomat. Sambal Tempoyak Source: Google Image
SambalRoa Instagram by @cynthia_lamusu. Makanan khas Palu Sulawesi Tengah yang satu ini terbuat dari campuran suwiran daging roa, sejenis ikan laut yang banyak ditemukan di perairan Sulawesi. Ikan roa baisanya hidup bergerombol dan langsung masuk ke jaring nelayan sehingga mudah untuk ditangkap.
LeleBakar Bumbu Ketumbar dan Sayur Bening (MPASI 4 Bintang 10 Bulan+) Sayur : daun katup dan wortel • Karbo : beras putih 1/2 canting • Prohe : 3 ekor lele • Prona : tempe kukus • Bumtik : 1 siung bawang putih, ketumbar 1/2 sdt,kunyit dan kecap 1/2 sdt • Lemak tambahan : evoo dan kaldu bubuk. Ummu Khadijah (Mutiarani Elizah)
EzVFDgu. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sudah seminggu saya tinggal dengan keluarga yang berasal dari Manado yang ada di Jepang. Meskipun mereka tinggal di Jepang, namun hidangan setiap harinya nyaris tidak ada unsur Jepangnya. Semuanya khas Manado. Ikan cakalang juga selalu ada di setiap acara kumpul-kumpul, dan hebatnya saat kumpul-kumpul mereka selalu makan-makan. "Kita orang Manado suka makan," kata mereka. Bagaimana mereka memperoleh bahan-bahannya? Ibu Jelty, ibu homestay saya berkata "kita bawa semua dari Manado. Tapi di sini cabe segar kita beli di Thailand." Nah loh beli cabenya jauh ya ke Thailand! Bukann bukann.. Thailand di sini yang dimaksud beliau adalah toko Asia yang menjual cabe dari Thailand. Seperti di gambar, harga cabe satu kemasan 500 gram harganya 466 yen sekitar 50 ribu rupiah. Kalau dibandingkan dengan harga cabai di kota-kota besar di Tokyo dan Nagoya, harga ini saya rasa termasuk murah. Di Nagoya misalnya, agak sulit menemukan cabe segar vakum seperti ini. Biasanya cabe yang banyak ada adalah cabe kering. Tentunya kedahsyatan rasa cabe kering setelah diolah berbeda dengan cabe non-kering. [caption caption="Cabai kemasan vakum dari toko Asia Oarai, Jepang"][/caption] Masakan Manado terkenal sekali kepedasannya. Semua pokoknya pedas..pedas..dan pedas. Jikapun tidak pedas selalu ada sambal pedass sebagai pengiringnya. Sambal-sambal ini sering membuat mereka yang akan memakannya sedikit gentar, jika tak terbiasa. Ada berbagai jenis sambal khas Manado yang sudah terkenal di nusantara, sebut saja sambal rica, dabu-dabu dan sambal roa, dan masih banyak lagi. Saya sempat diterangkan beda-beda sambal dengan jenis potongan tomat dan resep rahasia menggunakan jeruk kecil khas Manado, namun saya sendiri juga tidak mengingat dengan jelas. Yang pasti melahap sambal-sambal khas Manado dengan nasi hangat dan kerupuk, dijamin keringat akan bercucuran tanpa perlu nama samaran, yang berusia 4 tahun yang juga tinggal di rumah itupun juga sangat menggemari masakan pedas. Namun untuk bekal makan siang di hoikuen daycare, mamanya biasa tidak memberinya sambal karena kuatir nanti gurunya akan kaget jika melihat anak seumur itu sudah diberi makanan pedas. Orang Jepang apalagi, memang terkenal tidak menggemari masakan pedas, kalau bisa dibilang malah mereka "takut" dengan cabai. Namun apa boleh buat namanya anak Manado, jika tak ada sambal yang menyertai bekal makannya dia tidak mau makan pihak day-care menelepon mamanya di perusahaan tempat ia bekerja melaporkan bahwa si anak tidak mau makan. Lalu sesampainya di rumah, dengan ikan dan sambal roa pedaaas, si anak makan dengan lahap dan sampai nambah-nambah. Olaalaa... Saya sendiri masih terheran-heran melihat si anak makan dengan sambal roa pedas yang saya sendiri sampai uh-ah-uh-ah. Itulah salah satu sambal yang terkenal diantara banyak sambal lezat ala Manado, sambal roa. Roa sendiri adalah jenis ikan yang konon hanya ada di Manado. Namun saat saya melihat di Wikipedia, disebutkan ikan yang dalam bahasa Inggris disebut garfish ini banyak dapat ditemukan di Atlantik, Laut Mediterania, Laut Karibia dan Laut Baltik. Ikan ini biasanya diawetkan dengan diasapi untuk mengurangi kadar airnya sehingga lebih tahan lama sebelum diolah menjadi sambal atau masakan lainnya. Tentu saja dengan proses pengasapan ini, ikan roa juga menjadi semakin beraroma. Bagaimana cara membuat sambal roa? Menurut orang-orang Manado, pembuatan sambal roa cukup simpel sebenarnya, asal ada bahan utamanya ikan roa asap. Bahan-bahan lainnya adalah seperti membuat sambal pada umumnya, ada tomat, cabe rawit, cabe merah, bawang merah dan bawang putih serta, gula, garam dan minyak goreng. Haluskan bahan-bahan yang sudah disebutkan kecuali ikan roa lalu tumis hingga harum dan matang. Lalu sangrai daging ikan roa yang sudah dsuwir atau cincang kasar hingga harum. Masukkan roa ke tumisan bumbu halus tadi, aduk rata. Bumbui garam dan gula. Sambal roa pun bisa dinikmati hangat-hangat, dengan nasi putih saja sudah sangat nikmat. [caption caption="Sambal roa semangkuk besar buatan Ibu Jelty"] [/caption]Di Jepang, nihil untuk mereka mendapatkan ikan ini di pasar atau supermarket. Oleh karena itu mereka biasa membawa dari Indonesia dalam bentuk kering. Saya sendiri spesial dibuatkan oleh Ibu Jelty sambal roa semangkuk besar untuk saya sendiri. Pertama saya pikir mana mungkin saya bisa menghabiskannya sendiri, apalagi saya memang sudah lama tak terbiasa makan makanan pedas sejak tinggal di Nagoya 2 tahun belakangan. Jika makan sambal pedas sedikit saja saya langsung sakit perut. Namun aroma sambal roa itu tidak tertahankan dan tidak terjelaskan, terdengar sedikit alay ya, tapi itu benar adanya. Selama seminggu melahap kedahsyatan sambal roa dan rica dari dapur Ibu Jelty membuat lidah saya bertekuk lutut lho ini lidah atau lutut hehe.Sempat saya membuka dan memakan sambal-sambal lain yang saya bawa dari Nagoya, dari sambal terasi, sambal balado, sampai sambal sachetan, semua serasa hambar dan herannya saya sudah tidak bisa lagi bilang sambal-sambal itu luar biasa. Sambal-sambal tersebut tetaplah nikmat dan mempunyai kekhasan rasa masing-masing, namun setelah seminggu "dibombardir" sambal roa, saya kira sambal roa menjadi yang ter-ter-favorit untuk saya saat ini. Apakah lidah saya sudah ter-upgrade oleh sambal roa sehingga sambal-sambal lain lewat begitu saja? Faktanya, semangkuk besar sambal roa ludes dalam seminggu dan perut saya baik-baik saja. Sehingga tidak berlebihan jika saya menyatakan bahwa sambal roa adalah sambal yang "berbahaya" yang bisa membuat kita ketagihan dan merasakan sambal lain tidak lagi senikmat sebelumnya, juga "berbahaya" jika kita ingin mengurangi porsi makan atau jika harga beras seminggu tinggal bersama keluarga dari Manado, saya bisa simpulkan, dimanapun tinggalnya, orang Manado makannya tetap... sambal roa. Lihat Humaniora Selengkapnya
Ikan Wader atau Rasbora Jacobsoni merupakan ikan yang hidup di air tawar, terutama pada perairan sungai yang jernih dan berarus dengan dasar yang berpasir dan batu-batuan kecil arah ke hulu sungai, sehingga jarang ditemukan di perairan yang berlumpur seperti di bagian hilir dekat muara sungai. Akan tetapi, ikan ini juga dapat ditemukan di sawah yang airnya jernih dan agak lambat arusnya. Menurut ahmad dkk 2011 di riau, ikan wader dapat diperlihara di kolam yang airnya mengalir terus-menerus. Secara umum, di jawa juga biasa dipelihara dalam kolam tanah dan mudah ditemui di sawah secara alamiah, masuk saluran irigasi. Ikan wader mempunyai berbagai nama lokal, untuk daerah jawa dikenal dengan sebutan wader pari, lunjar pari atau lunjar andong, untuk daerah betawi dikenal sebagai cecerah atau ikan cere, untuk daerah sunda dikenal sebagai paray, sedangkan untuk daerah sumatera dikenal sebagai pantau atau seluang dan di daearah kalimantan dikenal sebagai seluang. Dalam bahasa inggris, ikan ini dikenal sebagai silver rasbora, sedangkan dalam bahasa malaysia disebut juga sebagai bunting, londoi, seluang atau wader pari barus, 2004. KLASIFIKASI IKAN WADER RASBORA JACOBSONI Kingdom Animalia Phylum Chordata Class Pisces Sub Class Teleostei Ordo Cypriniformes Sub Ordo Ostariophysi Famili Cyprinidae Genus Rasbora Spesies Rasbora jacobsoni REPRODUKSI IKAN WADER RASBORA JACOBSONI Wader pari betina dan jantan memilik perbedaan yang cukup signifikan, sehingga mudah untuk membedakannya. Wader pari betina memiliki ciri seksual sekunder, yaitu perut yang lebih gendut, sedangkan jantan perut nya lebih ramping. Pemijahan butuh kondisi air yang sesuai, pemijahan berlangsung beberapa hari selama musim pemijahan. Beberapa jenis dari spesies ini memijah dengan cara bergerombol. Ikan wader pari bersifat ovipar, jenis ini memijah pada waktu tertentu pada setiap tahun secara teratur. Biasanya pemijahan dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan yang menguntungkan. Beberapa ikan pari wader di wilayah tertentu memilih memijah pada saat musim penghujan dikarenakan pada waktu tersebut kondisi lingkungan atau perairan bersih, jernih serta segar, suhu air yang cukup rendah, tinggi permukaan air yang rendah, dan arus yang tidak terlalu cepat, hal ini lah yang menjadi faktor ikan wader pari untuk melakukan pemijahan. Pemijahannya membutuhkan kondisi kualitas air yang sesuai, umumnya terjadi pada musim pancaroba. Wader pari akan memilih pasangan mijah yang sesuai dan pemijahan terjadi selama beberapa hari. Telur yang telah dibuahi diletakkan di atas substrat atau melekat pada tumbuhan air dan akan menetas menjadi larva setelah 24 - 30 jam Sterba, 1989. Pada akhir musim penghujan wader pari induk, akan melakukan ruaya pemijahan ke daerah sungai di bagian atas dengan pola ruaya tersebar sepanjang bagian pinggir sungai yang memiliki dasar kombinasi kerikil, pasir, dan bebatuan. Apabila kondisi sungai tidak mendukung atau adanya gangguan, maka ikan wader pari tidak akan melakukan pemijahan. Fitoplankton dan zooplankton adalah makanan dari wader pari induk selama perjalanan ruaya menuju habitat pemijahan. Sebagian besar ikan wader pari memiliki sifat litofil yaitu memiliki habitat pemijahan di dasar perairan yang berbatu-batu. Pada daerah yang berbatu-batu umumnya memiliki kandungan oksigen terlaurut yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk inkubasi telur dan ikan pada awal daur hidupnya. Telur yang diletakan di substrat bebatuan tersebut bersifat melayang dan tidak berperekat, telur yang dibuahi akan tenggelam ke dasar bebatuan dan akan mengalami perkembangan dan menetas menjadi larva. Adanya serangga air sebagai predator bagi telur di habitat pemijahan, mengancam perkembangan telur wader pari. Namun, telur-telur yang berada di balik bebatuan tidak akan terlihat oleh serangga air, sehingga telur-telur tersebut dapat terjaga. Wader pari melakukan pemijahan secara bertahap dan berlangsung selama beberapa hari. Ikan wader pari bersifat fotofobia, sehingga pemijahan umumnya dilakukan pada malam hari, dan apabila ada gangguan cahaya, aktivitas pemijahan akan terganggu, yaitu gerombolan ikan wader pari akan menyebar dan keluar dari tempat pemijahan. Pemijahan juga dapat terganggu karena adanya perubahan kualitas air dan substrat bebatuan yang tertutup sedimen. Sedimentasi ini dapat menyebabkan kematian pada telur dan atau tetasannya. Perubahan habitat juga dapat mengurangi ukuran daerah pemijahan yang mengakibatkan menurunnya efektivitas reproduksi ikan wader umumnya terjadi pada musim pancaroba. Pada akhir musim penghujan wader pari induk, akan melakukan ruaya pemijahan ke daerah sungai di bagian atas dengan pola ruaya tersebar sepanjang bagian pinggir sungai yang memiliki dasar kombinasi kerikil, pasir, dan bebatuan CIRI ALAT KELAMIN 1. Postur tubuhnya ramping Postur tubuhnya lebih besar pada bagian perut 2. Terdapat 2 lubang kelamin Terdapat 3 lubang kelamin 3. distriping keluar sperma Jika distriping keluar telur. CIRI-CIRI IKAN WADER RASBORA JACOBSONI montok atau gemuk 2. terdapat bintik dua dibagian pangkal sirip punggung 3. warna tubuh abu-abu kehijauan MORFOLOGI IKAN WADER RASBORA JACOBSONI Ikan Wader Rasbora jacobsoni mempunyai bentuk tubuh memanjang,memiliki garis hitam yang memanjang dikedua sisi tubuhnya, panjang ikan dewasa dapat mencpai 5-9 cm, ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Ikan ini merupakan ikan herbivora, penyebaran habitat perairan tawar dan dapat bertahan pada arus yang deras. Secara morfologi ikan ini mudah dikenal dari bentuk badan yang panjang dan agak pipih pada bagian perutnya sedang bagian punggungnya menggembung. Mulutnya menengadah dengan celah tidak terlalu panjang, Badannya pada bagian punggung berwarna agak hitam mengkilat, bersisik kehitaman yang menutupi bagian atas badannya. Separuh yang bagian bawah badannya berwarna agak cerah dan di dalam air agak mengkilat keperakan. Pada bagian samping tubuhnya dengan jelas terdapat garis hitam tebal mulai dari tutup insang sampai ke permukaan ekornya Ahmad dkk, 2011. HABITAT IKAN WADER RASBORA JACOBSONI Ikan wader atau Rasbora merupakan ikan air tawar yang hidup di air tawar, terutama pada perairan sungai yang jernih dan berarus dengan dasar yang berpasir dan batu-batuan kecil arah ke hulu sungai, sehingga jarang ditemukan di perairan yang berlumpur seperti di bagian hilir dekat muara sungai. Akan tetapi, ikan ini juga dapat ditemukan di sawah yang airnya jernih dan agak lambat arusnya. Menurut Ahmad 2011 di Riau, wader pari dapat diperlihara di kolam yang airnya mengalir terus-menerus. Secara umum, di Jawa juga biasa dipelihara dalam kolam tanah dan mudah ditemui di sawah secara alamiah, masuk saluran irigasi. Di alam, wader ditemukan mulai dari dekat pantai hingga ketinggian sekitar m dpl. Ikan ini sering ditemukan bercampur dengan spesies wader lainnya di parit-parit dangkal yang jernih, sungai kecil di pegunungan, sungai berukuran menengah hingga yang besar, saluran yang mengalir lambat, dan bahkan juga situ dan danau. Wader ini cenderung bersifat omnivora, memakan mulai dari plankton, larva serangga, hingga ke serpih-serpih tumbuhan hijau. Kondisi lingkungan alaminya adalah perairan tropika dengan pH antara agak asam, kesadahan air sekitar dGH, dan kisaran suhu antara 24–26 °C 75–79 °F. Wader memijah di perairan terbuka pada saat menjelang gelap. Setiap kali bertelur, ikan ini menyebarkan antara 200–500 butir telur di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur-telur ini akan menetas sekitar 48 jam kemudian, dan selama beberapa hari berikutnya burayak anak ikan akan berlindung di sela-sela daun tanaman air. Ikan wader dewasa tidak akan segan-segan untuk memangsa telur ataupun burayak dari jenisnya sendiri. PERAN IKAN WADER RASBORA JACOBSONI DI PERAIRAN Sebagai indikator perairan. TINGKAH LAKU IKAN WADER RASBORA JACOBSONI Selalu berusaha mendekati sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya Subani dan Barus, 1989 MANFAAT IKAN WADER RASBORA JACOBSONI merupakan salah satu jenis ikan air tawar lokal Indonesia, cukup populer, mudah beradaptasi dan mempunyai ketahanan cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk Retnoaji et al. 2016. Ikan wader banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber protein hewani, rasanya yang gurih dan dapat dimasak dengan berbagai cara pengolahan. Permintaan pasar akan ikan wader terus meningkat namun keberadaan wader di alam saat ini semakin hari semakin sulit untuk ditemukan Budiharjo 2002. Penelitian dalam rangka pembudidayaan ikan wader untuk melestarikan keberadaannya telah dilakukan beberapa saat terakhir Ahmad dan Nofrizal 2011. Dalam Pratiwi, et al. 2017 PENULIS Rizqi Agung FPIK Universitas Brawijaya EDITOR Gery Purnomo Aji Sutrisno FPIK Universitas Brawijaya DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Muchtar dan dan Penjinakan Ikan Perikanan dan Kelautan. 16171-78. Kementrian Kelautan dan Perikanan 2010. Wader, 100% Andalkan Alam. WPI Edisi Juli No. Pratiwi, A. I., A. Husni., S. A. Budhiyani., Dan B. R. Aji. 2017. Karakteristik Mutu Wader Pari Hasil Budidaya Pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Jphpi 2017, Volume 20 Nomor 1 Sentosa, Agus A., dan Djumanto. 2010. Habitat Pemijahan Ikan Wader Pari Rasbora lateristriata di Sungai Ngrancah , Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta Sterba, G. 1989. Freshwater Fishes of The World. Volume I. Falcon Books, New Delhi
› Utama›Kisah Nyata Legenda Ikan Dewa "Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan…… Siapa saja yang melanggar akan dihukum segenap makhluk halus….. Matinya akan mengerikan". Demikian kutipan Prasasti Jayabupati yang ditemukan di tepi Sungai Cicatih, Sukabumi, Jawa Barat. Torehan di prasasti terbuki membantu pelestarian ikan, sungai dan lingkungannya dulu hingga P SUDARSONO Ikan dewa atau ikan kancra atau ikan soro alias Tor Jayabupati atau Prasasti Cicatih ditemukan di tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Prasasti yang kini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta itu bertahun Saka 952 1030 Masehi dan dibuat Raja Sri Jayabupati Jayamanahen dari Kerajaan Sunda. Ada dugaan ikan yang dimaksud dalam Prasasti Jayabupati adalah ikan soro atau Tor soro, yang kini populer dengan nama ikan dewa. ”Rasa ikan ini enak. Ikannya sangat langka. Pantaslah kalau menjadi makanan atau perhatian raja-raja dulu. Ikan ini sekarang Rp 1,2 juta per kilogram,” kata Ketua Paguyuban Kancera Pasundan Bogor Endang bersama Rachmat Iskandar dari Konsil Kota Pusaka mendatangi Instalasi Riset Plasma Nuftah Perikanan Air Tawar, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Pemuliaan Perikanan, Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, akhir Agustus. Pusat penelitian ikan air tawar ini ada di Kampung Cipelang, Cijeruk, Kabupaten keduanya, ada Jiji Suhaiji, guru SMK Patriot Mandiri, warga Kampung Cicatih, Desa Cimanggu, Sukabumi, yang baru menyerahkan enam ikan dewa tangkapannya di Cicatih kepada Otong Zaenul Arifin, kepala instalasi riset tersebut. Otong saat itu bersama Jojo Subagya, kolega sesama peneliti ikan soro, dan Hariyono, peneliti dari Puslit LIPI mengatakan, ikan dewa terkenal sejak dulu. Beberapa daerah di Jawa Barat mengeramatkan atau melarang menangkap ikan ini. Di Bogor dan Sukabumi, ikan ini disebut ikan soro. Di Priangan, disebut ikan kancra.”Kami belum bisa memastikan asal usul dan makna kata kancra atau soro. Namun, jalan atau gang-gang perkampungan menggunakan nama ikan kancra itu biasa. Kalau pakai nama ikan soro, belum ada. Tetapi, orang Bogor tahu, dulu di Ciliwung banyak ikan soro. Lalu ikan ’menghilang’ seiring perubahan lingkungan di hulu sungai itu. Belakangan, mulai ditemukan lagi, tetapi masih sangat jarang,” P SUDARSONO Ikan dewa atau ikan kancra atau ikan soro yang telah dia, sebagaimana asal usul nama ikan itu yang masih gelap, begitu juga kaitan larangan menangkap ikan ini di beberapa sungai atau situ di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Belum jelas juga apakah larangan itu kelanjutan dari larangan menangkap ikan di masa lalu sebagaimana tertuang dalam Prasasti Jayabupati. Apalagi, di beberapa daerah di Jawa Barat, termasuk di Bogor, ada wilayah atau kampung memakai nama atau sebutan parakan dan parakan ini ada kaitannya dengan pemanfaatan ikan, yakni menangkap ikan bersama-sama di sungai atau situ dengan cara membendung dan mengeringkan bagian tertentu sungai. Memarak ikan dilakukan berkala. Istilah sipatahunan, yang familier buat orang Sunda, artinya tahunan/setahun lanjut Rachmat, kalau dengan bukti-bukti tertulis atau peninggalan, tidak ada yang menunjukkan parakan sipatahuan berkaitan dengan larangan menangkap ikan sembarang waktu dan sembarang tempat oleh raja-raja dulu. Namun, jika dikaitkankan secara nalar bahasa, bisa.”Karena ada larangan, penguasa yang bijak tentunya mencari alternatif agar keputusannya dipatuhi, apalagi ini menyangkut pangan. Ini juga suatu kearifan atau peninggalan masa lalu yang baik kita renungkan,” kata P SUDARSONO Ikan dewa atau ikan kancra atau ikan soro Tor soroPanduan konservasiEndang Sumitra, yang juga pemerhati sejarah Bogor, menambahkan, dirinya tertarik dan memelihara ikan dewa karena ada nilai historis terkait Prasasti Jayabupati. Raja Sri Jayabupati membuat maklumat larangan menangkapnya bisa jadi karena ikan ini memang lauk istimewa yang dikonsumsi kalangan atas atau ikan sangat langka.”Lalu ada metode konservasinya dengan menjaga habitatnya. Luar biasa perlakuan terhadap ikan ini,” tuturnya.”Lalu ada metode konservasinya dengan menjaga habitatnya. Luar biasa perlakuan terhadap ikan ini,” Zaenal Arifin mengatakan, di beberapa daerah, jenis ikan ini dikeramatkan, tidak boleh ditangkap. Sedikit banyak, adanya kearifan lokal tersebut menyelamatkan ikan asli Indonesia ini dari kepunahan.”Tor soro atau soro atau ikan dewa termasuk ikan langka. Lihat saja, ikan sebesar ini telurnya paling banyak butir, dengan kemungkinan menetas paling banyak 80 persen. Bandingkan dengan ikan mas, misalnya, yang sekali bertelur sampai butir. Ikan soro perlu tiga sampai empat tahun untuk seberat satu kilogram, sedangkan ikan mas hanya perlu waktu lima sampai tujuh bulan saja,” jelas P SUDARSONO Jiji Suhaiji, guru SMK Patriot Mandiri, warga Kampung Cicatih, Desa Cimanggu, Sukabumi, yang turut melestarikan dan membudidayakan ikan dewa alias ikan soro Tor soroPanjang ikan soro betina itu sekitar 30 cm yang oleh Jojo Subagja, juga peneliti tor soro kolega Otong, baru saja diurut perutnya untuk mengelurkan telur-telur itu dan ditampung dalam mangkuk plastik. Jojo melakukan hal yang sama pada ikan jantan untuk mengeluarkan sperma dan menampung dalam mangkuk yang sama. Ini adalah proses pemijahan buatan untuk menyelamatkan telur-telur soro dan memastikan benih ikannya hidup untuk meningkatkan populasi ikan dan Jojo melakukan penelitian ikan soro sejak 1998. Ada empat jenis ikan soro dan salah satunya, Tor Soro, sudah bisa dibudidayakan sejak 2012. Benih ikan soro dari instalasi riset ini sudah disebarkan ke masyarakat yang berminat untuk budidaya ikan ini. Tiga jenis lagi masih dalam penelitian dan membutuhkan banyak contoh ikan dari habitat aslinya. Ini tidak mudah karena membutuhkan dorongan penuh, mengingat ikan ini sangat sulit ditemukan di sungai-sungai habitat kompleks instalasi risetnya ada banyak sekali kolam, tong besar, akuarium kaca, dan berbagai sarana penunjang penelitian ikan air tawar. Salah satu kolamnya adalah rekayasa kondisi habitat ikan soro sebagaimana di alam. Kolam itu diisi air jerih langsung dari mata air yang mengalir setiap kolam itu tidak sama. Dari yang dangkal sehingga bebatuan dan pasir kerikil terlihat sampai yang agak dalam menghilangkan penampakan ikan dari pandangan mata. Ada ratusan ikan lumayan besar di kolam tersebut.”Informasi dari alam, ikan ini mijah-nya bertelur ke hulu dan airnya harus jernih. Kami modifikasi kolamnya di sini. Ada kolam yang sebagian dalam, ada yang tidak rata, dasarnya juga harus ada kerikil-kerikil. Airnya juga air baru, air seger-seger. Ini jadi mirip dengan kondisi di alam,” kata Jojo, ikan ini menjadi ikan keramat di beberapa daerah. Bahkan, di Batak menjadi ikan pelengkap upacara adat karena juga hidup di lokasi mengesankan seram ini tinggal di palung-palung atau goa-goa sungai yang dalam, di mana di tepi sungainya tumbuh pohon-pohon besar. Salah satunya pohon beringin atau pohon ara yang buah matangnya jika jatuh ke sungai menjadi makanan ikan ini ini juga unik karena berenang menuju hulu untuk memijah, mirip ikan salem. ”Karena itu tidak heran kalau ada yang mengatakan ikan soro atau ikan dewa ini java salmon. Selain rasanya enak, tekstur daging soro ini padat kenyal,” kata ini juga unik karena berenang menuju hulu untuk memijah, mirip ikan salem. ”Karena itu tidak heran kalau ada yang mengatakan ikan soro atau ikan dewa ini java salmon. Selain rasanya enak, tekstur daging soro ini padat kenyal,” kata P SUDARSONO Sirip ikan dewa atau ikan soro dipegang oleh peneliti LIPI HariyonoSelain melakukan pemijahan buatan atas ikan soro hasil pemeliharaan di kolam tersebut, Otong, Jojo, dan Hariyanto juga melakukan penelitian dan mengidentifikasi enam ikan soro berukuran 10-15 cm, hasil tangkapan Jiji Suhaiji di Sungai Cicatih. Cip mikro, yang besarnya lebih kecil dari sebutir kacang hijau, disuntikkan Jojo ke punggung ikan. Dengan menggunakan alat pendeteksi digital, Otong memastikan data nomor ikan pada alat itu terdeteksi dengan baik. Pemasangan alat serupa juga dilakukan pada ikan soro yang lebih P SUDARSONO Microchips pendeteksi dipasang di tubuh ikan dewa atau ikan soro yang kemudian memotret ikan-ikan itu dan mencabut satu keping sisik dari setiap ikan sebelum ikan dilepaskan ke kolam khusus. Sisik diambil untuk keperluan penelitian. ”Ikan soro punya sisik bagus, juga enak dimakan. Jadi, ikan ini berpotensi menjadi ikan hias ketika masih kecil dan dikonsumsi ketika besar,” P SUDARSONO Dibanderol Rp 1,2 juta per kilogram, daging ikan dewa atau ikan soro kenyal dan enak. Termasuk jajaran masakan yang istimewa, bahkan dulu dikenal sebagai menu khusus bagi para bersamaJiji, yang memelihara soro sebagai pengganti gurame di belasan kolam miliknya, memutuskan tetap mencari ikan itu di Sungai Cicatih dan membeli ikan hasil tangkapan tetangganya untuk kemudian diserahkan ke Otong dan Jojo.”Masih ada satu jenis soro lagi yang dibutuhkan untuk penelitian, yang di kampung kami menyebutnya soro dadap. Bentuk kumisnya lebih pendek, siripnya agak bulat. Apa itu yang dimaksud Pak Otong dan Pak Jojo? Saya penasaran. Karena itu, ikan yang bisa kami tangkap dari Sungai Cicatih akan kami serahkan ke Pak Otong,” menunjukkan salah satu titik di mana ia pernah mendapat ikan soro di Sungai Cicatih yang melintas kampungnya. Di situ air sungai terlihat penuh menutup permukaan sungai. Di bawah permukaan air itu ada palung-palung sungai, yang warga setempat menyebutnya leuwi. ”Dalam leuwi ini empat meter lebih,” kata Dudin 32, warga kampung sungai itu sekitar 30 meter. Ada beberapa anak sungai kecil bermuara ke leuwi. Sebuah lingkungan yang asri dan tahu soro sejak lama. Namun, seperti Jiji, Dudin baru belakangan tahu soal Prasasti Jayabupati yang ditemukan di tepi Cicatih. Ia pun berharap semoga kelestarian alam dan kebersihan sungai menjadi perhatian semua pihak, sehingga ikan-ikan asli Indonesia seperti ikan dewa ini makin banyak berbiak. Rantai ekonomi dari desa hingga kota bisa tergerak tanpa harus membiarkan sungai terus merana. Bencana pun bisa tahu soro sejak lama. Namun, seperti Jiji, Dudin baru belakangan tahu soal Prasasti Jayabupati yang ditemukan di tepi Cicatih. Ia pun berharap semoga kelestarian alam dan kebersihan sungai menjadi perhatian semua pihak, sehingga ikan-ikan asli Indonesia seperti ikan dewa ini makin banyak berbiak. Rantai ekonomi dari desa hingga kota bisa tergerak tanpa harus membiarkan sungai terus merana. Bencana pun bisa juga Perintis Ular Besi di Batavia
, Ikan Roa dalam bahasa inggrisnya Garfish, lebih dikenal berasal dari daerah sulawesi utara atau manado dan sekitarnya, bila orang Ternate menyebutnya dengan nama Ikan Gepe bernama latin Hemiramphus Brasiliensis. Banyak orang menyebut nya Ikan Julung-julung, Ikan Roa bahan Sambal Roa yang satu ini mempunyai ciri khas rahang bawah nya lebih panjang dari rahang atasnya, jadi seperti mempunyai tombak dimulutnya, atau seperti paruh yang panjang dengan permukaan yang halus mengkilap berwarna perak dan hitam, berkembang biak di laut dengan panjang tubuh bisa mencapai 30 cm, Ikan Roa adalah ikan laut jenis ikan terbang yang dapat ditemui di perairan laut Utara Pulau Sulawesi sampai dengan Kepulauan Maluku. Ikan Roa merupakan jenis ikan air laut yang telah melalui proses pematangan dengan cara pengasapan bukan dijemur ataupun dibakar. Butuh waktu berhari-hari untuk mengasapi Ikan Roa hingga matang. Ikan Terbang atau Ikan Julung-julung yang telah matang diasapi itulah yang kemudian disebut sebagai Ikan Roa. Ikan Roa yang dijual di pasaran, pada umumnya dikemas dengan cara tradisional, yaitu dijepit menggunakan kayu atau bambu, yang bagi masyarakat Manado dikenal dengan sebutan digepe konon katanya Sambel roa dibuat pada tahun 1756 oleh pro kuliner Perancis Duc de Richelieu. Setelah Duc mengalahkan Inggris di Port Mahon, ahli gourmet nya membuat makan sampai kemenangan untuk menempatkan sambel roa yang terbuat dari ikan roa dan cabe. Memahami bahwa tidak ada krim di dapur, gourmet pro diganti minyak zaitun untuk krim dan manifestasi kuliner lainnya yang dibayangkan. Master gourmet bernama sambel roa baru “keluar kehormatan Mahonnaise untuk kemenangan Duc di pelabuhan Mahon. Hari ini, sambel roa adalah bahan-bahan perhiasan yang paling jelas tak tersentuh di Amerika Serikat.
nama ikan roa di jawa